Bahasa Indonesia | English

Human Capacity Menjadi Salah Satu Program Dalam Strategi ISFD untuk Melawan Kemiskinan

10 June 2016 209


20160517_130528

BPPTIK - Indonesia dengan index 14,57 berada di urutan ke-9 dari 14 daftar negara yang memiliki angka kemiskinan Multidimensional atau Multidimensional Poverty Index (MPI) dalam negara peserta Islamic Development Bank (IDB). Daftar ini dikeluarkan oleh Islamic Solidarity Fund For Development pada acara seminar bertajuk “Fighting Poverty, Improving Lives, Restoring Dignity: Islamic Solidarity Fund For Development (ISFD) Strategy 2016-2025” yang digelar di Jakarta Convention Center pada 17 Mei 2016. Tiga negara posisi teratas dalam daftar ini adalah Nigeria (88,42), Pakistan (83,04), Bangladesh (75,61).

Dalam seminar yang dihadiri oleh perwakilan berbagai negara peserta Islamic Development Bank ini dijelaskan bahwa sekitar 1,4 Milyar orang yang berada di dalam daftar negara tersebut termasuk dalam kemiskinan kategori extreme (extreme poor globally) dan sekitar 500 Juta orang termasuk dalam miskin multidimensional. Kategori Extreme poor adalah orang yang berpenghasilan di bawah 1,25 US dolar setiap hari sedangkan kategori kemiskinan multidimensional adalah orang yang kesulitan/miskin akses dari 3 aspek yaitu pendidikan, kesehatan dan standar biaya hidup sehari-hari. Atas dasar itu, negara peserta IDB membentuk ISFD strategi 2016-2025 yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penduduk yang berada dalam kategori kemiskinan.

Dalam seminar yang turut dihadiri oleh perwakilan dari BPPTIK tersebut terungkap bahwa strategi ISFD mempunyai visi membebaskan negara peserta IDB dari kategori kemiskinan extreme pada tahun 2030 dan memiliki misi melawan segala bentuk kemiskinan, meningkatkan taraf kehidupan dan mengubah martabat dengan mendayagunakan penduduk sebagai mitra.

ISFD memiliki 2 strategi objektif yakni strategi pertama yaitu membangun kemitraan terutama pada level bawah (grassroot) untuk mengurangi kemiskinan dengan berbagai bentuk program seperti human capacity, institutional capacity dan partner capacity. Sedangkan strategi kedua menarik peserta negara IDB yang termasuk dalam kategori kemiskinan extreme untuk menciptakan inclusive, innovative dan high impact intervention program yang langsung tepat sasaran.

Selain itu dibentuk pula strategi pendukung yang meliputi penguatan sumber daya (Strengthening Resource Mobilization), Pembangunan strategi kemitraan (Developing Strategic Partnership to Leverage Resources), Transforming ISFD menjadi global brand untuk melawan kemiskinan, meningkatkan proses dan hasil serta membangun inisiatif yang nyata dan berdampak kuat (Developing High Impact & Scaleable Flagship Initiatives. Program yang telah dicanangkan ini akan dievaluasi secara umum pada pertemuan Islamic Development Bank (Annual Metting IDB) selanjutnya. (BPPTIK/Ars/hdn)