Bahasa Indonesia | English

Gadget dan Interaksi Sosial

10 March 2014 484


[caption id="attachment_595" align="aligncenter" width="300"]http://rvschuylenburch.files.wordpress.com/2011/10/cc.jpg http://rvschuylenburch.files.wordpress.com/2011/10/cc.jpg[/caption]

Saat ini bisa dikatakan hampir semua orang menggunakan gadget, mulai dari smartphone, tablet ataupun laptop. Bila kita amati di berbagai tempat mulai dari sekolah, kantor, mall sampai kendaraan umum, begitu banyak orang disibukkan dengan gadget-nya. Gadget menjadi magnet yang sangat menarik dan menjadi candu, sehingga berkomunikasi melalui dunia maya menjadi kewajiban setiap hari dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam.

Gadget memungkinkan kita berhubungan dengan jutaan orang di berbagai belahan dunia, bahkan yang tidak kita kenal sekalipun. Dengan gadget, interaksi sosial yang pada awalnya harus bertatap muka sekarang tidak harus bertatap muka. Interaksi antar manusia pun kini secara perlahan tergantikan dengan interaksi manusia dengan gadget. Kapanpun dan di manapun orang selalu tergantung dengan gadgetnya. Banyak orang yang lebih asyik dengan gadgetnya ketimbang berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Orang lebih suka mencari teman di media sosial ketimbang berkenalan dengan teman satu bangku di kendaraan umum. Terkadang kita berada dalam satu ruangan yang sama namun tidak terlibat dalam sebuah pembicaraan, semua sibuk dengan gadget masing-masing. Asyik dengan dunianya sendiri. Teman-teman di jejaring sosial pun nampak lebih dekat dan nyata dibanding keberadaan tetangga kita sendiri. Orang kemudian menjadi begitu terobsesi dengan dunia maya dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan berbagai gangguan kepribadian seperti sikap menyendiri, antisosial, cenderung tidak peka dengan kebutuhan orang sekitar, individualistis dan lain-lain.[1]

Perkembangan gadget saat ini telah mengalahkan realitas yang sesungguhnya dan menjadi trend baru bagi masyarakat. Dunia maya yang bersifat semu lebih dipercaya ketimbang kenyataan sehari-hari. Inilah yang disebut Hiperrealitas yaitu realitas yang berlebih, padahal sesungguhnya semu dan penuh rekayasa. Perbedaan antara yang nyata dan maya, yang asli dan palsu sangat tipis dan sulit dibedakan.[2]

Banyak orang yang suka meng update statusnya di jejaring sosial dan mendapat simpati ataupun komentar dari teman-temannya di dunia maya. Kita merasa memiliki begitu banyak teman padahal bisa jadi orang yang ketika di dunia maya memberi komentar dan simpati (like), ketika bertemu bahkan saling tidak peduli. Perbedaan tentunya pasti kita rasakan ketika interaksi sosial terjadi secara langsung daripada hanya sebatas virtual. Mimik muka, bahasa tubuh, sentuhan, mungkin tidak bisa kita rasakan secara nyata.

Pada akhirnya gadget hanyalah alat yang memiliki sisi positif dan negatif, ditentukan oleh penggunanya. Lewat SMS, Telepon, Video, Skype, dan lain-lain kita bisa berkomunikasi dengan lebih mudah dan murah namun penggunaan gadget yang berlebihan dapat membuat interaksi sosial memudar, menghilangnya pembatas antara dunia nyata dan maya serta menimbulkan berbagai gangguan kepribadian. Marilah lebih bijak dalam penggunaannya. (BPPTIK/ER/rie/hdn)

[1] http://putriayukurniasih.blogspot.com/2013/11/gangguan-kepribadian-mengintai-pecandu.html [2] http://fordiletante.wordpress.com/2008/04/15/kebudayaan-postmodern-menurut-jean-baudrillard/