Bahasa Indonesia | English

Mengenal Internet Of Things (IoT)

24 February 2015 611


[caption id="attachment_811" align="aligncenter" width="400"]Ilustrasi. (itnews.sk) Ilustrasi. (itnews.sk)[/caption] BPPTIK - Internet of Things telah menjadi Buzzword yang sering diucapkan para pengguna Internet di Indonesia akhir-akhir ini. Pada intinya IoT mempunyai pengertian bahwa Internet telah berintegrasi ke komputer kita, ponsel, dan peralatan elektronik lainnya, dan mulai hidup di benda-benda sekitar kita, dari lemari es, termos, kursi, meja, lampu lalu lintas, lampu belajar, dan masih banyak benda yang dimungkinkan untuk ‘ditanami’ internet. Beberapa penelitian awal mengenai konsep IoT salah satunya dilakukan oleh Neil Gershenfeld dari Massachuset Institute Technology (MIT) media Lab. Pak Neil menyebutnya ‘Internet O’, konsep yang mengeksplor bagaimana objek (benda) dapat berkomunikasi dengan kita, bagaimana cara kita berkomunikasi dengan benda-benda tersebut, dan bagaimana benda-benda tersebut dapat berkomunikasi satu sama lain, sehingga kita dapat mengendalikan kehidupan menjadi lebih baik. Pada tingkat konsumen, kita ambil sebuah contoh menjadikan rumah lebih pintar dan efisien dengan menghubungkan pendingin udara, oven, lampu teras, sehingga sebelum sampai ke rumah kita dapat mengirimkan pesan kepada mereka untuk siap ‘melayani’ kita (ideas.ted.com). Dalam skala yang lebih luas, sebagai contoh New York memanfaatkan IoT untuk menanggulangi salju dari sensor yang melekat pada bajak salju dan teknologi pemetaan interaktif, warga mendapatkan banyak informasi tentang kondisi jalan dan dapat meminta dinas kebersihan jalan untuk membersihkan jalan dari salju secara lebih efektif (theinternetofthings.eu). Kebijakan IoT Pemerintah Berbagai Negara Pemerintah negara-negara Asia seperti China dan India telah melihat peluang dan tuntutan IoT di masa depan yang akan mengubah kehidupan sosial, ekonomi, juga politik, sehingga pemerintah merasa perlu untuk mengeluarkan kebijakan yang akan me-leading arah pembangunan IoT. Awal tahun ini, pemerintah India mengeluarkan dokumen kebijakan IoT yang menargetkan $15 Miliar Pasar IoT di India pada tahun 2020. Langkah pertama untuk menuju cita-cita tersebut telah dimulai baik oleh sektor pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh Tata Motors, produsen kendaraan komersial terbesar di negara tersebut telah mulai menempatkan sensor ke dalam truck dan telah membangun model layanan yang memungkinkan pemilik armada dapat mengetahui secara lebih luas kendaraan yang sedang digunakan dan memprediksi potensi kerusakan (economictimes.indiatimes.com). IoT telah menjadi rencana kerja resmi pemerintah China dan dengan cepat menjadi industri strategis dengan Jiangsu menjadi kota pusat pembangunan IoT yang telah dimulai sejak tahun 2009. Dalam rencana lima tahunan China, IoT adalah salah satu dari tujuh strategi industri berkembang (Strategic Emerging Industry) dengan alokasi dana dari pemerintah sebesar 5 Miliar RMB (Renminbi atau CNY-China Yuan) untuk 5 tahun ke depan. Pemerintah-pemerintah daerah China telah beramai-ramai mengalokasikan dana untuk membangun ‘Smart Cities’ (technode.com). Berdasarkan proyeksi data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) diperkirakan pengguna Internet di Indonesia akan mencapai 139 Juta pada tahun 2015. Di mana pengguna mayoritas berada pada usia 16-25 tahun. Bagaimanakah dengan kebijakan pemerintah Indonesia mengenai strategi pembangunan IoT? nantikan pembahasan selanjutnya. (MJ/hdn) Referensi:
  • http://ideas.ted.com/2014/10/02/whats-next-for-the-internet-of-things/
  • http://economictimes.indiatimes.com/industry/auto/news/auto-technology/on-way-to-15-billion-market-internet-of-things-gaining-ground-in-india/articleshow/45214784.cms
  • http://technode.com/2012/05/14/internet-of-things-not-just-a-concept-for-fund-raising/
  • http://www.theinternetofthings.eu/brian-heaton-internet-things-helps-cities-snow-removal